Penangkapan missionaris, MURTAD BERKEDOK MUALLAF

Ketua AUI Kaltim, Jufri Musa SH (baju biru), melakukan pemantapan bersama OKP/Ormas di AUI Kaltim, untuk menempuh langkah hukum terhadap kenistaan agama yang dilakukan stevanus.
Photo: AUI Kaltim

Stevanus Armansyah, berbagi pengalaman menjadi mualaf sesaat sebelum di tangkap di sekretariat HMI Samarinda. Photo: HMI Samarinda

Hari Jum’at tanggal 14 Desember 2007 di Samarinda, OKP/Ormas Islam Kaltim yang tergabung dalam Aliansi Umat Islam Bersatu, melakukan penangkapan terhadap seorang Missionaris Kristen Protestan yang selanjutnya dikenal dengan nama Stevanus Armansyah Firnanda Rolan. Lahir di Sidoarjo, 6 Januari tahun 1973, Pura-pura masuk Islam sebanyak 3 (tiga) kali dan terakhir sebulan yang lalu berpura-pura masuk Islam di KUA Bontang oleh H. Ali Mustafa, M.Pd serta keluar masuk pesantren di Jawa Timur. Missionaris tersebut diutus oleh Gereja Gloria Tuhan di Jalan Suba Mataram NTB dan Gereja Matahari Timur di Jalan Cendana Belakang Tunjungan Plaza Surabaya oleh Pendeta JIMI (NTB) dan Pendeta Immanuel, Pdt. Yohanes Pasaribu serta Pdt. Piit di Surabaya, yang beranggotakan 15 orang yang disebar kebeberapa daerah di Kaltim (2 orang di Bontang dan 13 orang lainnya di Paser dan Panajam Paser Utara termasuk diantaranya Stevanus Armansyah Firnanda Roland.

Misi yang diemban oleh 15 Orang Missionaris tersebut adalah mengkristenkan Umat Islam dengan berbagai cara, diantaranya sebagai berikut :

DARI SISI AQIDAH :

1. Merusak Pemahaman Umat Islam (aqidah) bahwa Semua Agama Sama saja
2. Umat Islam di mata kristen dianggap sebagai domba-domba yang tersesat.
3. Seorang Missionaris wajib menghamilkan minimal 5 (lima) orang Muslimah, agar Muslimah tersebut bisa jauh dari ajaran Aqidahnya atau langsung di Kristenkan (kawin).
4. Memberikan santunan kepada Umat Islam yang miskin dengan catatan si-Muslim tersebut wajib masuk Agama Kristen.
5. Memberikan Dukungan kepada Generasi Muda Islam yang Gemar berolah Raga, berupa Perlengkapan Olah Raga agar si- Islam tersebut tidak lagi dekat dengan Masjid (Agamanya).
6. Setiap Missionaris yang berhasil mengkristenkan 1 (satu) orang Umat Islam akan mendapat santunan sebesar Rp. 200.000.- s/d Rp. 300.000.- (nilai ini tidak termasuk Ustazd atau Tokoh Islam). Jika yang dikristenkan itu adalah Ustazd atau Tokoh Islam maka nilainya lebih dari itu.

Umat islam Kaltim, segera melakukan koordinasi sebelum terlambat, membahas kasus kristenisasi yang terjadi di benua etam.
Photo: AUI Kaltim

KRONOLOGI TERUNGKAPNYA MISSIONARIS BERKEDOK USTADZ MUALLAF MANTAN PENDETA

Tanggal 12 Desember sekitar jam 23.00 Wita, aktifis Arimatea menerima Pesan SMS dari Pengurus Muhammadiyah Daerah Kota Tarakan, yang berisi himbauan kepada Ummat Islam untuk mewaspadai Muallaf yang dicurigai bernama Muhammad Armansyah Bin Arrahman, informasi tersebut kemudian menjadi bahan diskusi oleh aktifis Arimatea dan aktifis HMI, hasil diskusi tersebut selanjutnya ditindak lanjuti dengan mencoba menghubungi Nomor yang diduga adalah milik Ustadz Muallaf tersebut dan ternyata tersambung. Dari komunikasi singkat, Beliau membenarkan bahwa dirinya adalah Muallaf yang juga mantan Pendeta dari Gereja Gloria Tuhan Jalan Suba Matam NTB. Aktifis HMI dan Arimatae kemudian mencoba mengemas peluang ini sekaligus meminta kesediaannya untuk berdiskusi dengan kawan – kawan HMI Cabang Samarinda, secara sepontan beliau menerima tawaran tersebut walaupun nuansanya adalah meminta ditransfer uang untuk transportasi dari Bali ke Samarinda Via Banjarmasin dengan berbagai alasan yang membuat simpati.

Tanggal 13 Desember 2007, bertempat di Jalan Biawan Gg I, aktfis HMI, Arimatea, FPI dan Kabinet 99 mengadakan rapat untuk merumuskan strategi untuk menjebak Ustadz Muallaf tersebut dan dibentuklah Team yang terdiri dari FPI, HMI dan Arimatea (sebanyak tiga orang) untuk mengukuti Diskusi tersebut dan mencermati serta memastikan Informasi yang diperoleh dari Pengurus Muhammadiyah Kota Tarakan tersebut.

Tanggal 14 Desember 2004, Ustadz Muallaf tersebut tiba di Samarinda sekitar Jam 14.00 wita, pukul 15.30 aktfis HMI dan Arimatea menjemputnya di Masjid Badurrahman (masjid Raya) Samarinda, Pukul 16.00 wita, Stevanus Armansyah memulai Secaramah/Diskusi di Kantor HMI jalan Angklung No. 10 Samarinda yang dihadiri oleh Aktifis HMI, Arimatea, Kabinet 99 dan FPI.

Jam 18.00 Stevanus Armansyah Sholat Ashar dan setelah itu ia minta diantarkan ke Penginapan namun oleh aktifis HMI berdasarkan kecurigaan awal dalam membawa ceramah/diskusi tersebut mengantarnya ke-Kantor KAHMI jalan Juanda Perumahan Wijaya Kusuma No. IV Samarinda, selanjutnya kami sholat maghrib berjamaah termasuk Stevanus Armansyah. Ba’da maghrib gelagat Armansyah semakin mencurigakan.


Umat Islam Kaltim, memperhatikan video pengakuan Stevanus Armansyah yang di rekam oleh aktivis HMI & Arimatea.
Photo: AUI Kaltim

Jam 20.00 wita Armansyah menelpon istrinya yang saat iitu sedang berada disebuah penginapan di Banjar Baru, puncak kecurigaan ketika Armansyah menelpon istrinya didepan Aktifis HMI dan Arimatea, setelah dia bicara dengan istrinya dia minta istrinya bicara dengan aktifis HMI, dari perbincangan sekilas antara istrinya dengan aktifis HMI, ia meminta suaminya dipulangkan cepat karena Istrinya lagi sakit dan berbagai alasan lain yang telah direkayasa melalui SMS, kesempatan ini dipergunakan seoptimal mungkin oleh aktifis HMI dan interogasipun dimulai tanpa ada yang mengomandoi. Sekitar 2 (dua) lebih Armansyah tidak mengakui keberadaannya sebagai Misionaris bahkan memasang Badan untuk dibunuh sekalipun, namun berbagai cara yang digunakan sehingga akhirnya Stevanus Armansyah-pun mengakui.

Ingin melihat Stevanus Armansyah Firnanda Rolan secara langsung silahkan mendatangi KAPOLTABES Samarinda.